Senin, 28 Juli 2008

KARYA PEMBERIAN SAHABAT

PEREMPUAN DALAM ALQUR'AN:
WAILAH, ISTRI NABI LUTH YANG TERSESAT
Oleh : Sepi
Sering kita menjumpai orang-orang terdekat diantara kita, yang diajak pada kebaikan namun tidak bersedia mengikuti ajaran yang sudah ada didepan mata. Padahal kesempatan untuk menambah keimanan sudah terbuka lebar. Contohnya istri Nabi Luth, Wailah. Nabi Luth mengemban tugas menyampaikan risalah dari Allah SWT kepada kaum didaerah Saddum yang sering kali melakukan perbuatan tercela dan amoral.
Pada masa itu, kaum Luth berada dalam tingkatan moral yang paling rendah dari seluruh tingkatan moral manusia yang pernah ada. Karena mereka dikuasai oleh hawa nafsu syaitan. Perbuatan itu selalu mereka kerjakan guna menentang ajaran yang dibawa Nabi Luth AS. hingga mereka merencanakan sesuatu yang membahayakan. Berbagai cara mereka lakukan, mulai dari cara yang halus hingga cara yang kasar.
Suatu ketika ada seorang wanita tua menyarankan kepada kaum Luth untuk mempengaruhi istri Nabi Luth sebagai salah satu jalan termudah untuk membuat usaha dakwah Nabi Luth menjadi berantakan.
Kaum Luth bertanya, "bagaimana caranya?". Wanita tua itu menjawab, "aku akan menjadikan istri Luth sebagai informan. Jika ada pria berwajah tampan, dia akan menghubungi kita dan kita akan memberinya beberapa keping uang perak atas informasi yang diberikannya.
Saran tersebut disetujui oleh kaum Luth, dan rencana pun dijalankan. Datanglah wanita tua tersebut ke rumah Nabi Luth dan kedatangannya disambut ramah oleh Wailah. Setelah masuk kedalam rumah, wanita itu berkata, "Alangkah sengsaranya hidupmu, Nak?!"
Wailah menjawab, "Mengapa sengsara? Suamiku telah menafkahiku dan memberiku dua orang putri yang cantik-cantik."
Dengan nada mencemooh wanita itu berkata lagi, "Inikah yang kau bilang rumah? Patutkah apa yang kau makan dan minum sudah mencukupi kebutuhan kalian sehari-hari? Engkau pasti sengsara, hidup dalam keadaan melarat dan serba kekurangan. Pernahkah kau masuk ke dalam rumah kaummu yang selalu berada dalam kemewahan? Tidakkah kau lihat betapa bahagianya hidup mereka? Kalau kau terus begini, bagaimana nasibmu jika kelak suamimu tiada sedangkan kau tidak punya anak laki-laki yang dapat memberimu nafkah?"
Pertanyaan-pertanyaan wanita tua itu menggoncangkan jiwa Wailah. Wanita tua itu melanjutkan pertanyaannya, "Apa sebenarnya yang diinginkan suamimu? Mengapa dia mencampuri urusan warga Saddum dan sekitarnya? Lihatlah kepingan emas dan perak yang ada ditanganku ini. Aku mendapatkannya dengan mudah. Tiap ada lelaki yang tampan aku laporkan kepada kaumku, dan aku memperoleh upah yang memuaskan. Engkau selalu dirumah dan suamimu sering didatangi lelaki muda yang tampan. Maka suruhlah anakmu ketempat pertemuan kaummu untuk memberitahukan mereka. Pekerjaan ini sangat mudah dan engkau akan mendapatkan imbalan yang sangat besar".
Sambil berkata begitu, wanita tua itu menyelipkan kepingan emas dan perak ketangan Wailah, lalu pergi.
Wailah bingung dan bimbang. Bagaimana seorang istri nabi Allah membantu kaumnya berbuat kebathilan dan menentang ajaran suaminya? Ditengah kebingu-ngannya itu syaitan berbisik membujuk Wailah. Akhirnya, Wailah menerima tawaran itu. Sementara itu Nabi Luth semakin gencar dalam menyiarkan dakwah yang diembannya. Tatkala Nabi Luth meng-ingatkan kepada kaumnya akan adzab Allah, mereka menantangnya dengan menjawab:
"Datangkanlah kepada kami adzab Allah jika kamu termasuk orang yang benar." (QS. Al-Ankabut: 29)
Maka Nabi Luth pun berdo'a kepada Allah SWT, "Wahai Tuahnku, tolonglah aku (dengan menimpakan adzab) atas kaum yang berbuat kebinasaan itu." (QS. Al-ankabut: 30).
Allah mengabulkan permintaan Nabi Luth AS dengan mengutus malaikat Jibril, Mikail dan Isrofil untuk membinasakan kaum Luth dengan cara menyamar.
Pada saat malaikat-malaikat tiba dikota Saddum, tak satupun warga Saddum menyadarinya, bahkan Nabi Luth pun tak mengenali pria-pria tampan yang datang menemuinya. Melihat tamu-tamu itu, Wailah merasa bahwa inilah kesempatan yang sangat baik guna memperoleh imbalan yang cukup besar. Disuruhlah seorang putri-nya untuk memberitahukan hal tersebut kepada wanita tua yang pernah datang kerumahnya beberapa waktu yang lalu. Tidak sampai sehari, berita tentang adanya pria-pria tampan di rumah Nabi Luth segera menyebar kepenjuru kota Saddum. Warga Saddum secara serempak mendatangi kediaman Luth AS sambil berteriak histeris memaksa Nabi Luth menyerahkan tamu-tamunya kepada mereka.
Rasa cemas dan takut yang didera nabi Luth ditanggapi Wailah dengan senyuman gembira, kare-na sebentar lagi ia akan menerima uang imbalan yang sangat besar. Betapa terkejutnya Nabi Luth melihat sikap istrinya. Lalu tiba-tiba tamunya berkata, "Hai Luth, kami adalah utusan Tuhanmu. Sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggumu. "(QS. Hud: 81).
Bagai air yang menyejukkan diteriknya matahari, perkataan itu melegakan hatinya. Karena utusan-utusan itu akan menimpakan adzab yang dijanjikan Allah SWT. Mendengar itu, Wailah menjadi pucat pasi, lemas dan ketakutan. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghapus dosa yang telah ia perbuat. Belum lagi, para malakat memerintahkan Nabi Luth dan keluarganya untuk segera meninggalkan Saddum bersama orang-orang yang beriman. Kecuali istrinya yang durhaka dan harus menanggung adzab seperti kaum Luth yang lain.
Sesal kemudian tiada guna, perbuatan Wailah pun akhirnya berdampak buruk. Ketika kita sudah yakin bahwa suatu perbuatan akan berdampak baik, maka ja-nganlah berubah pikiran karena bujuk rayu syaitan, apalagi jika berhubungan dengan harta. Sesungguhnya harta itu tidak akan membawa kebahagiaan bagi orang yang mengagungkannya diatas segala-galanya.
Wallahu a'lam. (Referensi dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar: